Akibat Corona, 701 Ribu Orang AS Jadi Pengangguran pada Maret.

Sebanyak 701 ribu orang AS terkena PHK dan menjadi pengangguran selama Maret 2020. Kondisi ini terparah sejak September 2010. Ilustrasi. (AP Photo/John Minchillo).

Jakarta,- Sebanyak 701 ribu orang di Amerika Serikat (AS) kehilangan pekerjaan alias terkena PHK mereka karena pandemi virus corona. Data itu diluar dari 1,8 juta orang yang dirumahkan karena perlambatan bisnis dan kebijakan social distancing.

Berdasarkan data dari Biro Statistik AS, jumlah 701 orang yang menjadi pengangguran ini merupakan yang terbanyak dalam satu dekade terakhir, sejak September 2010. Maret 2020 lalu juga menjadi bulan terburuk terhadap pekerjaan di Amerika sejak resesi hebat pada Maret 2009 lalu.

Mengutip CNN.com, Minggu (5/4), tingkat pengangguran di AS melonjak hingga 4,4 persen. Angka ini adalah tingkat pengangguran tertinggi sejak Agustus 2017 dan perubahan satu bulan terbesar sejak Januari 1975.

Sebagian besar pengurangan pekerjaan terjadi di restoran dan bar yang membuat 417 ribu orang menganggur. Toko retail juga memecat 46 ribu pekerja.

Sebanyak 43 ribu orang yang bekerja di industri kesehatan juga kehilangan pekerjaan mereka karena kunjungan rutin ke klinik dokter dan dokter gigi menurun.

Bisa Memburuk

Situasi ekonomi ini diprediksi bakal memburuk pada bulan depan. Pasalnya, angka ini diperoleh dari survei yang dilakukan pada tanggal 12 setiap bulannya.

Pada pekan kedua bulan Maret, keputusan penutupan bisnis dan anjuran tetap di rumah berlangsung. Puncak penutupan bisnis terjadi sepekan kemudian.

Berbagai sektor diperkirakan terdampak karena situasi ini terutama sektor perhotelan, pariwisata, dan hiburan, dan penerbangan.

"Pekerjaan kerah putih (formal) juga tidak akan aman dari situasi ini," kata ekonom senior Daniel Zhao di situs karier Glassdoor.

Diperkirakan pada Mei, hampir 10 juta orang AS mengajukan tunjangan pengangguran pertama kali. Pemerintah AS akan menentukan siapa saja yang akan mendapatkan tunjangan pengangguran, termasuk pekerja mandiri dan kontraktor independen. Pemerintah AS juga menyiapkan cek stimulus sebesar US$1.200.

Prediksi lain dari St Louis Fed menyatakan pengangguran di AS dapat mencapai 30 persen.

Kepala ekonom Stifel, Lindsey Piegza juga memperkirakan puncak pengangguran mencapai sekitar 30 persen. "Lebih dari 45 juta orang Amerika diperkirakan kehilangan pekerjaan mereka," ucap Piegza.

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...

Kemenkumham Telah Bebaskan 30.432 Napi Demi Cegah Corona.

Kemenkumham telah mengeluarkan dan membebaskan 30 ribu narapidana dari lapas guna mencegah penularan virus corona (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

Jakarta,- Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) telah mengeluarkan dan membebaskan 30.432 narapidana dan Anak melalui program asimilasi dan integrasi berkenaan dengan virus corona. Data tersebut dirilis per Sabtu (4/4) pukul 14.00 WIB.

"Hingga saat ini yang keluar dan bebas 30.432. Melalui asimilasi 22.412 dan integrasi 8.020 Narapidana dan Anak," ujar Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen PAS, Rika Aprianti, kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (4/4).

Rika menjelaskan Sumatera Utara menjadi daerah terbanyak yang membebaskan warga binaan dengan jumlah 6.348. Disusul Jawa Timur 2.524, Lampung 2.416, Jawa Tengah 2.003, dan Aceh 1.898.

Kementerian yang dipimpin oleh Yasonna H. Laoly itu tengah menggalakkan program asimilasi dan integrasi guna mengantisipasi penularan virus corona (Covid-19) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) yang melebihi kapasitas.

Kemenkumham menargetkan sekitar 30.000 hingga 35.000 Narapidana dan Anak dapat keluar dan bebas melalui program asimilasi dan integrasi.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nugroho menyatakan pihaknya bakal menyelesaikan tugas tersebut dalam target waktu tujuh hari sebagaimana arahan Yasonna.

"Harapan kami bahwa perkiraan kurang lebih 30 ribu itu bisa tercapai. Pesan dari pak Menteri sedapat-dapatnya pelaksanaan Permenkumham Nomor 10 ini dalam 7 hari bisa dilaksanakan," ucap dia.

Program asimilasi dan integrasi tersebut tidak berlaku bagi pelaku kejahatan tindak pidana luar biasa seperti teroris dan korupsi sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengatur pengetatan remisi.

Dalam perkembangannya, Yasonna berencana merevisi PP tersebut. Ia merinci setidaknya terdapat empat kriteria narapidana yang bisa dibebaskan melalui proses asimilasi dan integrasi melalui mekanisme revisi PP tersebut.

Kriteria pertama, terang dia, adalah narapidana kasus narkotika dengan syarat memiliki masa pidana 5 sampai 10 tahun yang sudah menjalani 2/3 masa tahanan.

"Akan kami berikan asimilasi di rumah. Kami perkirakan 15.442 [terpidana narkotika] per hari ini datanya. Mungkin akan bertambah per hari," kata Yasonna dalam rapat dengan DPR, Rabu (1/4).

Kriteria kedua, lanjut dia, usulan pembebasan itu berlaku bagi narapidana kasus tindak pidana korupsi yang berusia 60 tahun ke atas dan sudah menjalani 2/3 masa tahanan. "Ini sebanyak 300 orang," lanjut dia.

Kriteria ketiga yakni bagi narapidana tindak pidana khusus yang mengidap sakit kronis dan telah menjalani 2/3 masa tahanan. "Itu harus dinyatakan oleh rumah sakit pemerintah," terangnya.

Sedangkan kriteria terakhir berlaku bagi narapidana WNA asing sebanyak 53 orang. Rencana itu mendapat kritikan keras dari sejumlah kalangan masyarakat sipil dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...

Lawan Corona, 4.500 Pensiunan Dokter dan Perawat Kembali Bertugas.

Ilustrasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Mari bersama melawan Corona! Kalimat penuh makna ini tampaknya cukup pas menggambarkan langkah yang ditempuh ribuan pensiunan dokter dan perawat di Inggris untuk kembali bertugas membantu sesama.

Ya, sebanyak 4.500 pensiunan dokter dan perawat di Inggris tergerak ikut 'bertempur' melawan wabah Virus Corona COVID-19. Gerakan mulia ini tentu menjadi suntikan semangat bagi warga Inggris yang kini juta terdampak cukup serius dengan wabah Corona.

Sebelumnya, National Health Service (NHS) Inggris Raya memang telah meminta kepada institusi layanan kesehatan independen untuk berperan aktif melawan Corona dengan menyediakan 20 ribu tenaga medis dan 8.000 lebih tempat tidur untuk pasien COVID-19.

"Membahagiakan bahwa 4 ribu perawat dan 500 dokter telah mendaftar kembali ke NHS hanya dalam 48 jam setelah panggilan kami," kata pejabat NHS, Matt Hancock, lewat akun twitternya seperti dilansir newssky, Minggu 23 Maret 2020.

Masih menurut Hancock, pihaknya saat ini masih terus membuka kesempatan bagi para tenaga medis lain untuk ikut bergabung melawan wabah Corona COVID-19 di Inggris Raya.

Di Inggris Raya sendiri temuan kasus COVID-19 terbilang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, telah ditemukan sebanyak 5.018 kasus dengan angka kematian sebanyak 233 kasus.

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...

Dampak Corona Tak Bisa Kerja, Satu Keluarga di Serang Tahan Lapar 4 Hari.

Yuyun Cahyaningsih. ©2020 Merdeka.com

Mewabahnya virus Corona atau Covid-19 di sejumlah wilayah di Provinsi Banten, mulai berdampak kepada perekonomian masyarakat. Masyarakat yang bergantung dengan pendapatan harian, kini mengalami penurun drastis.

Kondisi tersebut dialami Yuyun Cahyaningsih (37), warga Kelurahan Pemancangan Baru, Kecamatan Cipocok jaya, Kota Serang. Yuyun sehari-hari bekerja sebagai buruh setrika, setelah wabah virus mulai meluas dia pun tidak bisa lagi berkerja. Karena banyak warga yang bertahan di dalam rumah dan melakukan aktivitasnya sendiri. Kondisi tersebut memaksa Yuyun, suami dan anaknya menahan lapar.

"Jadi saya enggak punya pemasukan gara-gara Corona ini. Kan enggak boleh keluar, jadi orang-orang ngegosok sendiri. Anak saya seminggu puasa, mulai dari Senin sampai Kamis kemarin," kata Yuyun, Jumat (3/4).

Dalam kondisi ini, suami yang sebelumnya bekerja kini meringkuk sakit dan tak bisa memberikan biaya tambahan untuk keluarga. Beruntung Yuyun bersama keluarga tinggal di rumah peninggalan keluarga suami, jadi tidak mengeluarkan biaya untuk membayar tempat tinggal. "Sakitnya (kepala), sudah lama. Ga kerja, buruh lepas,'ujarnya

Saat Yuyun mengeluhkan dengan apa yang dihadapinya ke salah satu tetangga, dirinya diarahkan untuk mengadu ke Relawan Banten Melawan Corona (RBMC).

Usai menghubungi RMBC, Yuyun akhirnya mendapatkan bantuan. Relawan kemudian mengunjungi rumah Yuyun dan memberikan bantuan untuk kebutuhan Yuyun dan keluarganya.

"Saya ngeluh enggak punya beras, gosok saya sepi. Kemarin saya bingung, terus disuruh kontak Untirta (RBMC) peduli. Kepepet, saking kepepetnya, malu sebenarnya mah," terangnya.

Bantuan

Koordinator RBMC yang juga Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Hendra Leo Munggaran mengatakan, upaya yang dilakukan pihaknya sebagai bentuk kepedulian antar sesama. Leo mengaku, bahwa bantuan yang diberikan kepada keluarga Yuyun berasal dari para donatur dan relawan yang bukan hanya berasal dari wilayah Banten saja.

"Ini sebagai salah satu bentuk kita membantu masyarakat Banten. Semua elemen harus bahu membahu menyelesaikan persoalan bangsa kita ini. Semoga kita semua bisa melewati masa krisis ini," katanya.

Leo pun berharap, di tengah kondisi Pandemi Covid 19 ini, semakin banyak warga yang memiliki kemampuan secara ekonomi, membantu warga lainnya yang kesulitan di tengah kondisi saat ini. [eko]

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...

Diminta Isolasi Diri, 2 Pasien Positif COVID-19 di Sumsel Malah Keliling Kota.

Ilustrasi pencegahan COVID-19 di Sumsel dengan melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat publik. (foto: dok. istimewa)

Meski telah dinyatakan positif terpapar coronavirus disease (COVID-19) sejumlah pasien di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, diketahui masih bisa bebas keliling kota. Hal ini pun sempat membuat heboh warga di daerah tersebut.

Juru bicara gugus tugas pencegahan dan penanggulangan COVID-19 Sumsel, Yusri, membenarkan informasi tersebut. Menurutnya, peristiwa itu terjadi Jumat (3/4) di mana ada dua pasien dengan nomor kasus 09 yang merupakan seorang wanita berusia 42 tahun dan pasien laki-laki berusia 62 tahun dengan nomor 10, diketahui tidak patuh untuk menjalankan instruksi isolasi diri. 

"Kedua pasien positif ini masih memiliki hubungan keluarga dengan pasien positif COVID-19 nomor 02 yang telah meninggal dunia," katanya, Sabtu (4/4). 

Menurutnya, kedua pasien itu sebelumnya sudah diminta melakukan isolasi diri sejak pasien 02 berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Kemudian, setelah pasien 02 dinyatakan positif petugas kemudian turut mengambil sampel spesimen sejumlah anggota keluarganya. 

"Ada tiga anggota keluarganya yang telah kita ambil sampel dengan nomor 09,10, dan 11. Hasilnya semua dinyatakan positif terpapar COVID-19," katanya. 

Yusri bilang, karena mereka tidak memiliki gejala atau orang tanpa gejala (OTG). Petugas pun awalnya meminta ketiga pasien agar tidak melakukan aktivitas di luar rumah atau melakukan isolasi diri. Akan tetapi, ternyata dua pasien yakni nomor 09 dan 10 diketahui tidak kooperatif. 

"Iya, keduanya diketahui keluar rumah, ada yang ke pasar ada yang naik ojek mengunjungi sejumlah tempat di Prabumulih. Padahal, kota itu sudah ditetapkan sebagai zona merah," katanya. 

Oleh karena itu, Yusri turut menyesalkan tindakan yang dilakukan kedua pasien itu karena dapat membahayakan orang lain. Apalagi sejak awal sudah diinstruksikan untuk menangani pasien yang positif COVID-19 harus dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. 

Namun, menurutnya, kedua pasien kini sudah dievakuasi tim gugus tugas setempat untuk diisolasi sementara di RS Prabumulih, untuk selanjutnya rencananya akan dipindahkan untuk menjalani isolasi di wisma atlet Palembang. 

Dia menambahkan, kejadian ini juga dapat menunjukkan potensi adanya gangguan psikis pada pasien yang bersangkutan sehingga nekat melakukan tindakan yang dilarang dan tidak patuh terhadap instruksi yang diberikan. Terlebih, pasien 02 yang telah meninggal dunia karena COVID-19 merupakan suami dari pasien 09. 

"Kita akui ada kelalaian, seharusnya dari awal jika tim setempat menilai pasien itu tidak kooperatif, maka saat melakukan isolasi diri harus ada penjagaan di tempat tinggalnya," katanya. 

Atas kejadian ini, kata dia, pihaknya juga mengingatkan kepada seluruh gugus tugas di kabupaten/kota di Sumsel agar dapat lebih mengedepankan SOP dalam penanganan pasien terkait COVID-19, baik itu ODP, PDP, OTG, bahkan setelah ditetapkan positif. (jrs)

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...